at Prambanan Temple |
Okay, aku bakal crita petualangan mbolang murmer ku di Yogya.. (murmer =murah meriah)
Kali ini aku pergi menaiki kereta api Pasundan yg kelas ekonomi, cukup dg Rp. 55.000,- dari stasiun Gubeng Surabaya - stasiun Lempuyangan Yogya.
Ini pertama kalinya aku naek kereta ekonomi, dan percayalah jika mbolang hanya dengan teman perempuan, saya sarankan lebih baik pilih kereta kelas bisnis/eksekutif, jauh lebih aman, karena kemaren perjalanan pulang ada pengamen preman, hiiiiiii sereeeeem..
Berbekal crita temen ttg kereta ekonomi yg sudah mengalami peningkatan kualitas, ternyata kualitasnya gak sebagus yg dideskripsikan temenku.. :(
Hari Pertama,
Aku tiba dikota Yogya hampir pukul 2 siang, dijemput dan dianter ama mobil carry rental Pataska dg sopir bernama Jamboel. Pria beristri satu dan beranak dua ini asli lucu, konyol, gaul, humble dan lumayan jujur, dia yg bertugas mengantar kami menikmati kota Yogya selama 3 hari 2 malam..
Ini dia rumah peristirahatan kami selama di Yogya, Losmen "Sastro Wihadi" yang berlokasi di Jl. Sosrowijayan Wetan GT. I/66 1 Yogyakarta.
Hanya dg merogoh kocek Rp. 130.000,-/malam kita sudah bisa tidur nyenyak di kamar bersih, dilengkapi fasilitas kamar mandi dalam, TV dan kipas angin didalamnya.
Lumayan daripada turu embong.. (read = tidur di jalan ).Kalo mau lebih irit lagi bisa koq, cukup dengan Rp. 100.000,- / malam bisa menikmati fasilitas yg hampir sama, kecuali TV. Gak papa kan bisa nonton TV di front office sama si mas gondrong penjaga penginapan, hehehehe..
Petualangan di mulai pada sore hari setelah mengistirahatkan tubuh yg lelah karena menempuh perjalanan selama lebih kurang 6 jam. Dengan berjalan kaki kami memanjakan diri di surga belanja para kaum hawa apalagi kalo bukan di Malioboro. Beruntung karena bukan musim liburan jadi Malioboro msh nyaman, gak terlalu padat merayap. Setelah lelah berjalan mulai dari lampu Merah Malioboro, hingga perempatan benteng, kami balik lagi menuju angkringan, berkumpul dg para penikmat kopi lesehan dan sego koceng menikmati Yogya tengah malam..
![]() |
Wajah Yogya malam hari |
![]() |
Malioboro Malam Hari |

Picture 1 = itu nasi pecel depan Mall Malioboro, adanya pagi hari dan selalu rame pengunjung, kalo beruntung kita bisa duduk sambil menikmati pecel pincuk dg lahap tp kalo gak beruntung ya lesehan aja diemperan Mall, hehehehe..
Picture 2 = itu adalah wedang ronde, rasanya enak, anget banget karena terbuat dr jahe, cocok buat minuman malam hari.
Harga seporsi cukup Rp. 6.000,-
Picture 3&4 = itu adalah gayaku kalo menikmati kuliner emperan, hehehhe...
Don't try this at home ^_^
![]() |
Musisi Jalanan mulai beraksii... ♫♫♫ |
Sekitar tengah malam, kami sepakat menghentikan jalan-jalan dan kembali ke losmen. Mengistirahatkan badan, dan mengumpulkan tenaga untuk petualangan esok hari.
Hari Kedua,
Keesokan harinya, seperti biasa Jamboel menjemput kami di losmen dan kami langsung meluncur ke Candi Prambanan... Teriknya matahari Yogya gak menyurutkan niatku untuk mengunjungi bangunan bersejarah ini, benar-benar Maha Karya..
Hari Kedua,
Keesokan harinya, seperti biasa Jamboel menjemput kami di losmen dan kami langsung meluncur ke Candi Prambanan... Teriknya matahari Yogya gak menyurutkan niatku untuk mengunjungi bangunan bersejarah ini, benar-benar Maha Karya..
![]() | ||||||||||||||||||||||||||||||
Narsis dulu aaaaahhhhhh.... #DilarangKerasUntukProtes |
![]() |
Gua Pindul |
Asal usul goa Pindul yaitu berawal dari kisah Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Pemanahan yang diutus oleh Panembatan Senopati di Mataram untuk membunuh bayi dari Mangir Wonoboyo dan Mangiran, dimana Mangir Wonoboyo adalah putri dari Panembatan Senopati itu sendiri. Dalam perjalanan kedua abdi tersebut membuat kesepakatan untuk tidak membunuh bayinya melainkan membawanya ke sebuah daerah yaitu bertempat di dusun Karangmojo. Kedua abdi tesebut berencana memandikan sang bayi, kemudian Ki Juru Mertani menaiki sebuah bukit disana dan dengan kesaktian yang dimilikinya tanah bukit yang diinjaknya pun runtuh dan terbentuklah lobang dengan aliran air di bawahnya. Melihat itu semua maka dimandikanlah sang bayi di sungai tersebut, tak sadar saat dimandikan pipi sang bayi terbentur oleh sebuah batu yang ada di dalamnya (dalam bahasa jawa Kebendul). Atas peristiwa itu maka tempat tersebut dinamakan Gua Pindul yang artinya Pipi Kebendul.
Namun dari kepercayaan masyarakat di desa Bejiharjo mempercayai cerita Guo Pindul berawal dari pengembara Joko Singlulung yang mencari ayahnya. Setelah beberapa lama melewati berbagai halangan dan rintangan maka bertemulah Joko Silulung dengan goa yang berada di desa Bejiharjo. Kemudian masuklah ia kedalam goa tersebut , tidak sadar saat masuk kedalam goa itu pipi Joko Singlulung terbentur (Jawa Kebendul) oleh sebuah batu besar.
Ya sudahlah, sejenak kita lupakan dulu asal mula Gua pindul, sekarang saatnya aku menceritakan sensasi mengarungi gua pindul. Hanya dengan Rp. 30.000,- berbekal ban pelampung, life vest, kita akan ditemani oleh seorang pemandu untuk menyusuri gelapnya gua pindul selama kurang lebih 40 menit, tergantung keinginan kita. Di gua ini terdapat beberapa ornamen cantik seperti batu kristal, moonmilk, serta stalaktit dan stalagmit yang indah. Jika kita menengadahkan wajah keatas, terdapat beberapa kelelawar didalamnya, bahkan kotoran hewan malam yg menempel di dinding batuan kapur meninggalkan noda kehitaman, dan menurutku pemandangan itu lebih mirip lukisan alami, hamparan dinding batuan kapur berwarna putih yg tidak rata, disertai kelelawar dan bekas kehitaman kotorannya itu jadi lukisan yang pas banget.
Oiya disitu ada stalaktit yg dipercaya jika kita terkena tetesan airnya, bagi perempuan akan menambah aura kecantikannya dan air itu menetes tepat mengenai hidungku dan airnya berpendar ke pipiku.
Benar atau tidaknya kepercayaan itu, diamini aja deh, sapa tau beneran bisa cantik, hehehe... Aamiin..
Ditengah gua, ada lubang besar diatas, disitu kita bisa berenti berfoto-foto diatas batu gua dan merasakan sensasi terjun bebas dari atas tebing batu ke bawah air gua..
Setelah puas menikmati gua, kami langsung kembali menuju losmen untuk membersihkan badan, dan bersiap menuju Ringin Kembar.. Menurut masyarakat Yogya, jika hati kita bersih kita akan mampu melewati tepat ditengah Ringin kembar tersebut. Berjalan dari pinggir trotoar ke ringin kembar kurang lebih 100-200m dengan mata ditutup??? bisa gak yaaaaaaaaa...
Dan akhirnya aku SUKSES... Tp bukan sukses melewati ringin kembarnya, melainkan sukses menabrak tembok pagar pohon beringin, hahahhahaaa... Pengalaman unik tapi asyik.. ^_^
Setelah dari Ringin kembar, kami kembali menikmati Yogya malam hari di sekitaran Malioboro, malam kedua kami di Yogja, esok dengan berat hati aku akan meninggalkan Yogya dan kembali ke kota Pahlawanku tercinta, mencoba menikmati kembali rutinitasku di kota terbesar kedua di Indonesia..
Ah hampir lupa, aku akan menyertakan foto kaki lusuh kami, kaki bengkak lengkap dengan sandal jepit andalanku untuk mbolang.. Tiada henti aku bersyukur memilikinya, tanpa kedua kakiku, bagaimana aku bisa mbolang tanpa menyusahkan orang lain???
![]() | |||
Kiri ke Kanan --> Sandal Jepit krem milik Reni, Sandal item milik Abah, sandal jepit hitam milikku, sandal krem milik mas Nug |
Hari terakhir aku menikmati udara kota Yogyakarta yg panas, sepanas kota kelahiranku Surabaya. Pagi itu aku habiskan dengan berjalan-jalan menikmati udara pagi di sekitar Malioboro, mengisi perut keronconganku dengan seporsi pecel pincuk di depan Mall Malioboro, melanjutkan perjuanganku membeli oleh-oleh buat keluarga dirumah, setelah puas berbelanja dan kaki juga udah mulai protes pengen beristirahat, akhirnya aku balik ke Losmen, packing and then ready to go back home. Kereta siang yang dijadwalkan tiba pukul 13.40 akhirnya molor hampir sejam.
Ckckckkckcc sejam itu kira-kira aku bisa lakuin apa ya dikota Yogya daripada sekedar duduk manyun di stasiun??? Mungkin aku bisa nongkrong di angkringan depan stasiun sambil ngobrol dengan bapak-bapak tukang becak, itu lebih menyenangkan dibanding berdiam menunggu si Ular Baja datang.
Sekian mbolang murmerku di Yogya kali ini, sayonara....