Kamis, 28 November 2013

A Man in Uniform


Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB harusnya aku sudah berada dirumahku sekarang, tapi aku masih disini, masih setia dibalik meja kerjaku. Tapi bukan untuk bekerja melainkan untuk membiarkan otak dan jemari tanganku bekerjasama untuk menumpahkan segala isi di otak bututku ini, membiarkan alam bawah sadarku berkelana mencari aksi dan reaksi dari perasaan aneh ini..

Bayangan pria berpostur tinggi 181 cm dengan berat 75 kg kembali menghantui alam bawah sadarku.
Berulang kali aku mendoktrin pikiranku agar tidak terhanyut dalam kedekatan kami.

Bukan karena masa laluku yang pernah gagal dengan seorang pria yang berseragam sama dengannya, bukan, bukan karena itu.. Aku tidak pernah membiarkan masa laluku mengirimkan lukisan seram kepada masa depanku.
Semua ini lantaran aku tau tidak akan pernah ada hubungan apapun selain persahabatan dengan pria berseragam hijau itu. Pria itu lebih muda 3 th dari aku, perawakannya yang tinggi, dengan otot kerasnya yang terlihat jelas telah terasah dengan baik oleh segala bentuk latihan fisik, akan memudahkan orang menganggap kalo pria itu lebih tua dibanding aku..

Aku mengenalnya melalui akun media sosial, dia menyapaku lantaran mengagumi photo profileku yang dia anggap penuh kesan photografi, padahal aku hanya mengedit dengan beberapa aplikasi ajaib dari android lawasku.
Dari perkenalan itulah kami mulai sering ngobrol tentang photo, tentang latar belakang keluarga, tentang pekerjaan, tentang hujan, tentang apapun, hingga kami mulai mengenal karakter masing masing.
Kebetulan juga dia dinas di kesatuan yang tidak jauh dari tempat aku tinggal bahkan bisa dibilang sangat dekat malah.

Hampir sepekan ini aku mulai merasa ada getaran aneh tiap bercengkrama dengan dia, bahkan tiap kali android bututku membunyikan ringtones ketukanpun, aku mulai berdoa semoga itu message dari dia. Dan jika muncul namanya di layar androidku, senyum langsung mengembang di bibirku..
Aku gak tau apa yang sedang aku alami sekarang ini..

Aku mengagumi sosoknya, kesopanannya, tata bahasanya yang santun..
Tapi ada satu hal yang menggelitikku, dia beberapa kali mengatakan padaku bahwa dia tidak akan memiliki hubungan lebih dari sekedar teman dengan seorang perempuan, dia bilang "aku wes gak percoyo maneh karo wong wedok mbak"
Aneh.. kalimatnya itu bener-bener membuatku berpikir keras, ada apa dengan perempuan-perempuan di masa lalunya sehingga dia mendoktrin pikirannya seperti itu..?
Mengapa demikian murka dia menyakiti hati dan pikirannya untuk menjauhi kaumku?
Apa yang telah kaumku perbuat pada jiwa lemahnya?

Andai masa lalunya itu bagai sebuah buku, aku ingin mengkhatam setiap huruf yang saling beruntaian membentuk satu kata hingga menjadi barisan kalimat di tiap lembar halamannya.
Aku ingin mengetahui apa yang membuatnya seperti itu..

Kesehariannya dihabiskan hanya dengan menunaikan perintah dari sang komandan dan diwaktu senggang dihabiskan mencari obyek untuk hobby fotografinya.
Sudah tiga tahun berlalu dengan seperti itu tanpa ada sisa asmara dalam diary hidupnya.

Beberapa hari yang lalu dia sempet mengatakan padaku jika dia mau pendidikan lagi ke luar kota selama beberapa waktu dan berjanji akan kembali ke kotaku untuk mengabadikan aku melalui kameranya sambil bilang "nanti kalo saya ijin bermalam ke surabaya tak photoin kayak dian sastro.."
"hahahahaha kayak dian sastro yg abis kecebur comberan" candaku
Dia sempat mengatakan padaku "demi tugas cintaku terbatas"
Hahahahha dasar pria aneh, tugas ama cinta pisahin donk kang..
Tapi suatu saat nanti aku pasti tau jawabannya, mengapa dia begitu menutup hati untuk kaumku..
Di saat dia kembali, aku akan mencari jawabnya.. (doaku dalam hati)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar